Perang Diskon: Strategi Startup atau Bunuh Diri Bisnis?

Perang Diskon: Strategi Startup atau Bunuh Diri Bisnis?

Banyak startup e-commerce mengandalkan diskon besar sebagai strategi utama untuk menarik pelanggan dan mempercepat pertumbuhan. Namun, apa yang tampak sebagai keuntungan sesaat bisa menjadi bumerang bagi kelangsungan bisnis. Diskon besar memang menarik pembeli, tetapi mereka sering kali datang dengan harga yang sangat tinggi—kerugian yang menumpuk, serta ketergantungan pada pendanaan eksternal untuk menutupi celah finansial.


Strategi ini menciptakan lingkaran setan: untuk menarik lebih banyak pelanggan, diskon lebih besar ditawarkan, yang pada akhirnya mengikis margin keuntungan. Apakah model ini benar-benar berkelanjutan, atau hanya menjerumuskan perusahaan ke dalam jurang kerugian yang semakin dalam? Tanpa adanya diferensiasi yang kuat atau penawaran nilai yang jelas, pelanggan yang datang karena harga murah mungkin tidak akan tetap setia ketika diskon dihentikan.

 

Startup yang bergantung pada investasi eksternal juga menghadapi risiko besar. Investasi ini bisa berakhir cepat jika model bisnis tidak menunjukkan profitabilitas dalam jangka panjang. Mengandalkan strategi diskon tanpa menciptakan nilai yang nyata hanya akan mengarah pada kebangkrutan. Jadi, bisakah perang diskon ini bertahan lama, atau justru menjadi jalan menuju kematian bagi banyak startup?